Pendamaian atas pemberontakan kita
- satoedjalan
- Feb 1, 2018
- 1 min read
Kata tabut perjanjian dalam bahasa Ibrani adalah aron, dan kata yang sama digunakan dalam Kejadian 50:26: Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir. Kata peti mati di ayat tersebut juga adalah aron. Jadi sebenarnya tabut perjanjian dimaksudkan sebagai sebuah peti mati. Peti mati bagi apa? Di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian (Ibrani 9:4) buli-buli emas berisi manna, merupakan lambang pemberontakan manusia terhadap pemenuhan kebutuhan dari Allah. Umat Israel menggerutu atas manna yang Tuhan berikan. Tongkat Harun, merupakan lambang pemberontakan manusia atas kepemimpinan yang ditunjuk Allah. Umat Israel menolak Harun sebagai imam besar. Loh-loh batu perjanjian, merupakan lambang pemberontakan manusia akan standar Tuhan. Dan Tuhan berkata masukkan lambang2 pemberontakan manusia tersebut dalam tabut perjanjian - peti mati bagi mereka- dan menutupnya dengan tutup pendamaian (Kel 25:21). Dan setiap tahun, yaitu pada hari Yom Kippur imam besar Israel akan memercikkan darah korban pada tutup pendamaian. Ketika Tuhan melihat darah yang dipercikkan tersebut, Dia tidak lagi melihat pemberontakan mereka. Ini adalah gambaran akan Yesus Kristus, Sang Imam Besar Agung kita yang masuk ke ruang maha kudus di Surga dengan membawa darah-Nya sendiri (Ibrani 9:12). Ketika Allah melihat darah Yesus, Dia tidak lagi melihat dosa2 dan pelanggaran kita. Oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya kita yang Ia kuduskan. (Ibrani 10:14) Puji Tuhan.

Comments