Upah dan kasih karunia
- satoedjalan
- Apr 6, 2018
- 3 min read
Suatu waktu Petrus bertanya kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" (Mat 19:27) Dan Yesus pun menjelaskan apa yang akan diterima mereka yang meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia. Diantaranya adalah mereka akan menerima 100x lipat. Kemudian Yesus menutup penjelasan tersebut dengan berkata:" Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (ayat 30) Apakah maksud dari perkataan tersebut? Yesus hendak mengajarkan sesuatu yang penting kepada Petrus, karena kemudian Dia memberikan perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. Dalam perumpamaan tersebut diceritakan tentang seorang yang keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Pertama, tuan pemilik kebun anggur tersebut bertemu dengan sekelompok pekerja yang bersedia bekerja untuk upah satu dinar sehari. Dalam aturan Yahudi mereka akan berhenti bekerja pada jam 6 sore. Pada pukul 9 sang tuan kembali keluar dan menemukan orang-orang yang menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: "Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu." Dan merekapun pergi. (Mat 20:4) Perhatikan bahwa kini tidak ada perjanjian upah mereka dalam sehari. Sang pemilik kebun pada dasarnya hanya berkata: " Percayalah padaku. Bekerjalah untukku dan akan kuberikan yang pantas" Pada pukul 12, 3, dan 5, sang pemilik kebun kembali mendapatkan orang-orang untuk bekerja di kebun anggurnya. Karena semua akan berhenti bekerja pada pukul 6 maka makin sedikit waktu kerja mereka, bahkan kelompok yang pukul 5 hanya akan bekerja 1 jam saja. Ketika tiba saatnya memberikan upah, kelompok pukul 5 yang hanya bekerja satu jam datang terlebih dahulu dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Ketika tiba saatnya kelompok pertama yang bekerja paling lama menerima upah ternyata mereka juga menerima satu dinar. Mereka pun protes: "Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari." Tetapi tuan itu menjawab: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Mat 20:13, 15) Demikian pula sekarang ini banyak orang percaya yang bertanya seperti Petrus: "Tuhan, aku sudah membuang waktu, tenaga dan uang untuk mengikut Engkau. jadi apakah yang akan aku peroleh?" Orang-orang semacam ini memiliki mentalitas kelompok pekerja yang pertama kali. Mereka berpikir: "Tuhan aku sudah melakukan bagianku yaitu bekerja membangun Kerajaan Allah dan mentaati segala perintah-Mu, maka Engkau harus melakukan bagian-Mu yaitu memberkatiku" Tetapi ini bukanlah yang Tuhan inginkan. Dia berkata: "Percayalah pada-Ku. Ikutlah Aku dan Aku akan memberikan kasih karunia-Ku." Kasih karunia adalah sesuatu yang sebenarnya tidak layak kita terima tetapi kita terima karena kita percaya. Tetapi kalau seseorang bekerja maka upahnya tidak diperhitungkan sebagai kasih karunia, tetapi sebagai sesuatu yang layak didapatkan. (Roma 4:4) Orang dengan mental pekerja tidak bisa memahami kasih karunia. Ketika melihat seorang yang lahir baru dan hanya melayani sebagai usher diberkati luar biasa, mereka pun iri dan protes: "Aku sudah 3 tahun sebagai koordinator ibadah dan selalu lembur seharusnya aku diberkati lebih dari dia". Masalahnya adalah dia berusaha mendapatkan berkat sebagai upah dari apa yang dia sudah kerjakan padahal cara Tuhan memberkati adalah dengan kasih karunia. Jika seseorang ingin diberkati sebagai upah atas apa yang dia kerjakan maka hal itu akan tergantung pada kekuatannya yang sangat terbatas. Tetapi jika kita percaya bahwa kita diberkati karena kasih karunia maka hal itu tergantung pada kekuatan dan kemurahan hati Tuhan. Dan kita tahu betapa besar kasih setia-Nya. Oleh karena itu janganlah kita memiliki mentalitas seorang pekerja: "Aku sudah bekerja dan mentaati semua perintah-Mu Tuhan maka aku layak mendapatkan berkat2-Mu". Tetapi milikilah mentalitas orang percaya: "Tuhan, aku mau mengikut Engkau. Aku percaya Engkau akan mencurahkan kasih karunia-Mu, bukan karena apa yang aku lakukan tetapi karena kemurahan Hati-Mu." Puji Tuhan.

Comments